Kisah Lengkap Hafidz Cilik
Musa Harumkan Indonesia di Dunia Internasional
Jakarta, Aktual.com — Musa Laode Abu Hanafi, Hafidz cilik asal
Indonesia ini berhasil mengharumkan nama Indonesia di pentas ‘Musabaqah Hifzil
Quran (MHQ) Internasional’ di Sharm El-Sheikh Mesir pada 10-14 April 2016 lalu.
Musa merupakan Hafidz cilik asal Bangka,
yang berhasil melenggang ke final MTQ Internasional di Mesir 2016. Pada babak
final, Musa berhasil menjadi juara ketiga.
Keberhasilan Musa, yang menjadi wakil
Indonesia di ajang lomba menghafal Alquran di Mesir tersebut dikabarkan oleh
ayah Musa, Laode Abu Hanafi (Hanifa, dalam bahasa Arab, red), beberapa jam lalu
melalui akun Facebook-nya berikut dengan foto Musa bersama dengan para juara.
“Asli putra daerah yang mengharumkan
Indonesia pada MTQ Internasional di Mesir 2016. Melalui Batik Khas Nusantara
dan Juara 3 Hafizh Quran kelas 30 Juz. Laode Musa,” kata ayah Musa, yang
dilansir Aktual.com dari akun Facebooknya.
Untuk diketahui, dalam rangka memenuhi
undangan Kementerian Wakaf Mesir, Pemerintah RI melalui Kementerian Agama
mengutus Musa La Ode Abu Hanafi (7 tahun 10 bulan) didampingi oleh orang
tuanya, La Ode Abu Hanafi untuk mengikuti ‘MHQ Internasional’ di Sharm
El-Sheikh Mesir.
Musa menjadi satu-satunya wakil
Indonesia yang menyertai pertandingan Hifz Al-Quran 30 juz kategori
kanak-kanak.
Musa juga merupakan peserta paling kecil
dan paling muda kerana peserta lain berusia di atas sepuluh tahun.
Seperti banyak peserta lainnya, Musa
diminta untuk menjawab enam soal, yang berjaya dilalui Musa dengan tenang,
tanpa ada salah maupun lupa.
Ini berbeda dengan peserta lain yang
rata-rata mengalami lupa, malah diingat dan dibetulkan juri.
Kelancaran bacaan dan ketenangan Musa
dalam membawa ayat-ayat suci Al Quran yang dinyatakan membuatkan Ketua Juri,
Sheikh Helmy Gamal, yang juga wakil Ketua Persatuan Quran Mesir dan hadirin terharu
hingga menitikkan air mata.
Di luar panggung, Musa terus diserbu
hadirin untuk berfoto dan mencium kepalanya sebagai tanda takzim mengikut
budaya masyarakat Arab.
Tidak mau ketinggalan, juri dan panitia
dari Kementerian Wakaf Mesir juga turut meminta Musa bergambar dengan mereka.
Perkara ini mereka tidak lakukan bersama peserta MTQ yang lain.
Meskipun usia Musa masih belia dan
lidahnya masih pelat dan belum dapat menyebut huruf “R” dengan sempurna, Musa
dinilai sudah menjadi juara di hati juri dan penonton, meskipun di atas kertas
dia hanya mendapat tempat ketiga.
Di dalam Majelis penutup, Menteri Wakaf
Mesir, Prof Dr Mohamed Mokhtar Gomaa memanggil Musa dan ayahnya, Abu Hanafi.
Mohamed Mokhtar mewakili Kerajaan Mesir
mengundang Musa dan Hanafi ke negara itu sekali lagi, pada sambutan malam
‘Lailatul Qadar’ yang diadakan pada bulan Ramadan akan datang. Beliau
menyatakan, Presiden Mesir akan memberi penghargaan khas kepada Musa.
Kerajaan Mesir akan menanggung tiket dan
kemudahan sepanjang mereka berada di Mesir. Menteri itu turut menyampaikan rasa
takjubnya kepada Musa yang berusia paling muda dan tidak fasih berbahasa Arab,
namun hebat dalam menghafal Al Quran secara sempurna.
Tentu untuk menghafal 30 juz (atau 6.666
ayat Al Quran), Musa harus berlatih keras. Ada proses, waktu, cara dan usaha
maksimum yang dilakukan. Dan, sudah tentu ia menuntut kesabaran dan ketekunan
ibu dan ayahnya.
Sang ayah, La Ode Abu Hanafi yang
berprofesi sebagai petani harus sabar melatih Musa. Selain itu, ibu Musa,
Yulianti, Alumni Pondok Pesantrean Al-Fatah, Muhajirun, Negararatu, Natar,
Lampung Selatang, hanya suri teladan di rumah.
Mereka tinggal di Bangka Barat, Bangka
Belitung, Indonesia. Menariknya, ayah dan ibu Musa bukan Hafiz dan Hafizah.
Prestasi Musa
Berdasarkan catatan laman Wikipedia, Musa lebih dikenal dengan Musa Hafiz, di samping
seorang penghafal Al Quran, ia juga menghafal beberapa Hadis penting
“Al-Arba’in An-Nawawi”.
Musa pernah menjadi juara pertama dalam
program Hafiz Indonesia 2014 di RCTI. Dia ketika itu menjadi perhatian kerana
walau baru berusia lima tahun namun sudah mampu menghafal 29 juz.
Musa juga pernah dihantar mengikuti
pertandingan Hafazan peringkat antarabangsa di Jeddah, Arab Saudi di tahun yang
sama. Menjadi peserta termuda, menduduki tangga ke-12 daripada 25 peserta yang
bertanding. Musa mendapat markah Mumtaz iaitu 90.83 daripada 100 nilai penuh.
Selepas pertandingan itu, Musa
meningkatkan Hafazannya menjadi 30 juz.
Pada 2014, Musa mendapat penghargaan
dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai Hafiz Al-Quran 30 Juz termuda di
Tanah Air.
Ini seperti dijanjikan oleh Rasulullah
SAW di dalam Hadis, yang artinya: “Pada hari Kiamat nanti, Al Quran akan menemui
penghafalnya ketika penghafal itu keluar dari kuburnya. Al Quran akan muncul
bertanya kepada penghafalnya: “Apakah Anda mengenalku?”. Penghafal tadi
menjawab, “Saya tidak mengenal kamu.” Al Quran berkata, “Saya adalah kawanmu,
Al Quran yang membuatmu kehausan di tengah hari yang panas dan membuatmu tidak
tidur pada malam hari. Sesungguhnya setiap pedagang akan mendapat keuntungan di
belakang dagangannya dan kamu pada hari ini di belakang semua dagangan. Maka
penghafal al Qur’an tadi diberi kekuasaan di tangan kanannya dan diberi
kekekalan di tangan kirinya, serta di atas kepalanya dipasang mahkota perkasa.
Manakala ibu bapak-nya diberi dua pakaian baru yang cantik dan harganya tidak
dapat dibayar oleh penghuni dunia keseluruhannya. Kedua-dua ibu bapaknya lalu
bertanya, “Mengapa kami diberi dengan pakaian (bagus) begini?”. Kemudian
dijawab, “Kerana anakmu hafal Al Quran.” (H.R. Ahmd dan Ad-Darimi).
Peran orang tua untuk
kesuksesan Musa
Minat Musa terhadap Al Quran sudah
terlihat sejak dirinya belum genap berusia dua tahun. Setiap kali perdengarkan
kaset murottal (pembacaan) Al Quran anak, Musa senang dan sangat antusias
menirukan. Melihat kondisi tersebut, Hanafi pun semakin sering memperdengarkan
kaset murottal kepada Musa.
Sebagai seorang ayah, Hanafi mulai
membimbing Al Quran untuk anaknya tersebut. Pada usia dua tahun tentu saja Musa
belum bisa membaca Alquran, Hanafi menggunakan metode talqin atau membaca
hafalan. Musa saat itu diminta untuk menirukan pelafalan sang ayah. Hanafi
mengajari Musa dengan perlahan karena ia juga mengingat usia Musa. Satu sesi
belajar saja hanya berlangsung lima sampai sepuluh menit.
Bukan hal yang mudah untuk mengajarkan
Al Quran kepada anak yang berusia dua tahun. Proses Musa untuk menjadi Hafidz
tidak seperti yang dibayangkan kebanyakan orang. Bagian pertama yang diajarkan
kepada Musa yaitu surat terakhir Al Quran, yakni surat An Naas.
“Saya ajarkan Qul saja, butuh 2 sampai 3
hari dia ikuti. Kemudian menyambung kata Qul dengan Audzu juga butuh waktu,”
ujar ayah Musa.
Butuh waktu satu pekan bagi Musa untuk
menghafalkan Qul
Audzu Birobbinnas (Ayat pertama dalam surat An Naas
yang berarti katakanlah aku berlindung dari Tuhan manusia, red). Selanjutnya,
saat berhasil menghafal ayat kedua, Musa lupa bagaimana bunyi ayat pertamanya
sehingga hafalan harus diulang dari awal. Jadi, surat An Naas itu mungkin bisa
ratusan kali diulang oleh ayahnya bersama sang anak kala itu.
Metode talqin hanya dilakukan Musa
selama dua tahun dan menghasilkan hafalan dua juz saja, yakni juz 30 dan 29. Hanafi
mengajari Musa menghafal dari belakang, yakni dari juz 30 hingga 18. Kemudian,
dia melanjutkan pelajaran menghafal dari juz 1.
Di usianya yang keempat tahun, Musa
sudah mulai bisa membaca Al Quran sehingga proses hafalan menjadi lebih ringan
daripada sebelumnya. Karena sudah bisa membaca Al Quran, Musa mulai bisa
belajar mandiri. Setiap hari Musa mampu menghafal 2,5 sampai lima halaman
Al-Quran dan diperdengarkan di depan Hanafi.
Dalam bimbingan Hanafi, Musa bisa
menghabiskan waktu 6 sampai 8 jam untuk menghafal Al-Quran dan. Hanafi memang
seorang guru ngaji. Hanafi juga menghidupi keluarga kecilnya lewat kebun karet
miliknya dan usaha dagangnya.
Layaknya seorang bocah, waktu bermain
juga menjadi kebutuhan yang tak bisa diabaikan. Untuk itu, setiap empat hari
Hanafi meliburkan pelajaran menghafal Al Quran dan memberikan Musa kesempatan
bermain bersama teman sebayanya seharian.
Di lingkungannya, Musa main
mobil-mobilan, kereta api, sama bola hingga kotor. Musa juga sudah punya
cita-cita yang ingin diraihnya. Ia ingin menjadi seorang pilot.
Netizen heboh tentang
prestasi Musa
Nama Musa La Ode Hanafi mendadak menjadi
‘buah bibir’ di dunia maya. Bocah yang baru berusia tujuh tahun ini menyabet
juara ketiga dalam Musabaqah Hifzil Quran (atau MHQ Internasional) di Mesir.
Kemampuan Musa saat melantunkan ayat
suci Al Quran membuat penonton kagum, bahkan salah seorang juri mencium kepala
bocah asal Muntok, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
tersebut.
Sejak kabar dan video Musa beredar media
sosial, keberhasilan Musa ini juga diramaikan oleh kicauan para netizen.
Dipuji Presiden Jokowi
Orang nomor satu di Indonesia, Presiden
RI Joko Widodo begitu bangga dengan prestasi bocah cilik asal Indonesia, Musa
yang mengharumkan nama bangsa di dunia internasional.
Meskipun, Musa hanya mampu meraih
peringkat tiga kompetisi hafalan Al Quran pada Musabaqah Hifzil Quran (MHQ)
Internasional di Mesir beberapa waktu lalu.
“Kita bangga dg
prestasi Musa La Ode Abu Hanifa, hafidz 7 tahun pada Musabaqah Hifzil Quran di
Mesir -Jkw” ciut Kepala Negara di akun Twitter
@jokowi, Minggu (17/o4) lalu.
Rahasia kesuksesan
Musa
Sekedar informasi, Musa sudah hafal
‘Umdatul Ahkam, Arbain Nawawi, Arbain Hadits Ustad Yazid, dan telah selesai
Durusul Lughoh. Sekarang sedang menghafal Bulughul Maram. Semua program
menghafal untuk Musa dilakukan mandiri oleh Musa di rumahnya. Ada beberapa hal
yang selama ini mereka jaga sehingga mampu mengantarkan Musa menjadi juara tiga
dalam MHQ International
1. Murajaah (mengulang-ulang) hafalan
Kunci paling penting yaitu Murajaahnya
(alias mengulang-ulang hafalan). Perlu diketahui juga Abu Musa tidak hafal
semua itu, namun bisa menjadikan Musa hafal dengan kuat.
2.Pergaulan
Pergaulan harus dijaga. Bisa dikatakan
Musa kurang bergaul dengan banyak anak, karena memang niat ayahnya benar-benar
menjaga hafalan.
3. Tontonan TV
Musa sangat dijaga oleh kedua orang
tuanya jangan sampai nonton televisi secara berlebihan.
4. Makanan
Makanan yang dikonsumsi oleh Musa
benar-benar dijaga. Asupan sari kurma, madu dan propolis selalu diberikan
kepada Musa bersama adik-adiknya.
5.Rutinitas Harian
Setiap pagi setengah jam sebelum Subuh,
Musa dibiasakan salat tahajud menjadi imam untuk adik-adiknya. Kemudian Subuh
berjamaah di Masjid. Setelah Subuh Murajaah hafalan sampai pukul 9 pagi.
Biografi Musa
Musa lebih dikenal dengan Musa Hafizh
cilik (lahir di Bangka, 2008; umur 8 tahun) merupakan seorang penghafal Alquran
(Hafidz) dari Indonesia.[1] Selain menghafal Alquran ia juga menghafalkan
matan-matan hadis penting, seperti Arbain Nawawi dan lainnya.
Nama : La Ode Musa
Lahir : Juli 2008
Lahir : Juli 2008
Prestasinya :
1. Juara 1 dan Peserta terbaik STQ 30 Juz tingkat Kabupaten dan Propinsi Bangka Belitung 2014 dan 2015.
2. Juara Umum STQ 30 Juz tingkat Kabupaten dan Propinsi Bangka Belitung 2014 dan 2015.
3. Pemegang rekor MURI sebagai Hafidz termuda di Indonesia.
4. Memiliki Sanad. (dbs).
1. Juara 1 dan Peserta terbaik STQ 30 Juz tingkat Kabupaten dan Propinsi Bangka Belitung 2014 dan 2015.
2. Juara Umum STQ 30 Juz tingkat Kabupaten dan Propinsi Bangka Belitung 2014 dan 2015.
3. Pemegang rekor MURI sebagai Hafidz termuda di Indonesia.
4. Memiliki Sanad. (dbs).
SumberShare : http://www.aktual.com/kisah-lengkap-hafidz-cilik-musa-harumkan-indonesia-di-dunia-internasional/
0 komentar:
Posting Komentar