Selasa, 08 November 2016

Tips Menghadapi & Mengatasi Kecemasan

15 Tips Menghadapi & Mengatasi Kecemasan (Anxiety)

Secara bahasa, kecemasan (anxiety) adalah kekhawatiran atas peristiwa di masa depan (yang belum terjadi). Kita menghadapi masa depan seringkali dengan prediksi-prediksi menakutkan yang belum tentu didasarkan pada hal atau fakta sebenarnya. Dalam keseharian, gejala kecemasan fisik dan emosional biasanya berupa peningkatan detak jantung, konsentrasi yang buruk di tempat kerja atau sekolah, dan sikap mudah tersinggung terhadap orang lain, baik keluarga, teman, maupun rekan kerja.
Stress dan kecemasan sebenarnya tidak bisa berpisah jauh. Keduanya merupakan respon fisis dan emosional terhadap bahaya yang dirasakan (tapi belum tentu benar adanya). Karena kebanyakan dari kita bukan pemberani dalam menghadapi hal-hal besar (misalnya mengejar singa, hidup nomaden di hutan-hutan, atau berburu dan meramu sendiri 😆 ), maka terkadang pada hal-hal kecil pun kita akan merasakan stress dan cemas, misalnya: inbox BBM atau WhatsApp terus dijejali pesan baru, terburu-buru takut telat masuk kerja atau sekolah, takut diselingkuhi pacar, dan seterusnya. Kegugupan semacam ini bisa lho menyebabkan stress dan cemas pada orang-orang tertentu.
Kecemasan dan stress sebenarnya wajar, normal; tentu jika pada tahap yang wajar pula. Stress merupakan bagian self-defense manusia, antara menghadapi atau menghindar. Cemas adalah perasaan terhadap suatu hal di masa mendatang yang menyebabkan seseorang melakukan antisipasi. Di sinilah stress masuk. Keduanya bersinergi. Tapi ketika sudah mulai mencapai tahap yang keterlaluan, dimana akal sehat, fakta nyata, kebenaran, dan logika mulai dikesampingkan, kondisi kecemasan tak wajar mulai menghantui (munculnya gangguan kecemasan/anxiety disorder). Biasanya reaksi yang muncul berlebihan, misalnya mudah marah, mudah tersinggung, tidak fokus, kurang konsentrasi, tidak bisa tidur, rasa takut berlebihan /luar biasa (fobia) dan seterusnya.
Untungnya, ada beberapa hal yang bisa anda lakukan untuk meredakan kecemasan dan stress dengan cara yang mudah. Berikut beberapa diantaranya:

1. Tidur Cukup

Pola tidur yang tidak konsisten dan cukup dapat menyebabkan konsekuensi serius. Tidak hanya tubuh yang akan merasakan dampaknya, tapi juga kondisi emosional/psikologis anda (memperparah stress dan kecemasan). Terkadang kondisi ini bisa menciptakan “lingkaran setan”, sebab kecemasan juga menyebabkan gangguan tidur. Saat mulai merasakan kecemasan, perbaiki pola tidur dan tidur dalam waktu yang cukup, antara 7-8 jam. Setelah beberapa hari, rasakan bedanya.

2. Senyum & tertawalah 🙂

Jika anda merasa pekerjaan atau aktivitas berat mulai menggerogoti perasaan, pikiran, dan energi, ambillah waktu barang sejenak untuk bercanda, tersenyum, tertawa. Jika kebetulan tidak ada teman untuk diajak ngrumpi bersama, buka saja Youtube. Cari video-video lucu yang bisa menggugah gelak tawa anda. Penelitian menunjukkan bahwa tawa dapat mengurangi gejala stressdepresi, dan kecemasan.

3. Segarkan & Rapikan

Ada istilah “Kekacauan Mental” yang disebabkan oleh kekacauan fisik ruang di sekitar seseorang. Kondisi tubuh yang tidak segar, penat, ngantuk, baju yang kotor dan basah, dan sejenisnya bisa memberikan sensasi tidak nyaman, tidak segar (fresh). Sedangkan ruangan di sekitar, ruang kerja misalnya, yang tampak berantakan, tidak tertata rapi, tidak segar, berbau tidak enak, gerah, dan sejenisnya bisa memberikan efek tidak rileks, tegang, dan seolah-olah pekerjaan yang anda lakukan tidak kunjung selesai. Saat mulai merasa cemas dan stress, bersegeralah untuk mandi, bersihkan diri. Gunakan pakaian yang bersih dan tidak sumpek. Refresh tubuh anda. Tata ruangan dengan baik. Beri pengharum ruangan dan seterusnya.

4. Bersyukurlah

orang yang senantiasa bersyukur terhadap Tuhan, suka mengekspresikan rasa syukurnya, menurut penelitian bisa mengurangi kecemasan, khususnya pada saat kondisi beristirahat (misalnya saat hendak tidur, beribadah, kondisi sendirian). Menyampaikan rasa terima kasih (dalam arti luas) kepada sesama juga sangat membatu. Tentunya lakukan semua secara tulus, dengan kesadaran penuh bahwa yang telah diberikanNya dan perbuatan baik sesama, sekecil apapun, adalah hal yang sangat berharga.

5. Makan dengan Benar

Kecemasan sungguh bisa membuat tubuh kita menderita. Nafsu makan bisa berubah-ubah, atau mungkin bisa membuat kita tergila-gila pada makanan tertentu yang buruk bagi kesehatan. Untuk tetap menjaga asupan nutrisi yang dibutuhkan tubuh, cobalah untuk “memaksa” diri mengkonsumsi makanan yang kaya nutrisi; sebagai contoh vitamin B dan Omega 3, ditambah dengan beberapa makanan sumber karbohidrat. Banyak penelitian menyebutkan vitamin B erat dengan kesehatan mental. Sedangkan Omega 3 bisa membantu mengurangi gejala depresi dan kecemasan. Karbohidrat membantu mengatur kadar serotonin, yaitu neurotransmitter yang memberikan efek “aku rapopo” (baik-baik saja, dengan arti sebenarnya lho) dan tenang. Entah didorong oleh keinginan atau kebiasaan, penelitian menunjukkan bahwa konsumsi makanan manis dan olahan bisa memicu peningkatan kecemasan. So, kurangi atau lebih baik hindari.

6. Bernafaslah

Yang dimaksud adalah sebenar-benarnya bernafas dengan disadari. Selain berguna untuk menghadapi serangan panik, bernafas dengan baik dapat mengurangi kecemasan. Seseorang yang mengalami gangguan kecemasan, baik ringan atau berat, mengalami perubahan pola nafas. Nafas yang pendek dan dangkal menunjukkan bahwa stress dan kecemasan telah mempengaruhi otak dan tubuh. Cobalah untuk bernafas dalam-dalam, kuat, dan panjang, dengan pola yang teratur. Sadari sepenuhnya. Cara ini bisa memberikan sinyal pada otak untuk rileks, dan dengan demikian seluruh tubuh akan terpengaruh untuk rileks pula.

7. Meditasi

Saat ini, meditasi sering dikaitkan dengan relaksasi. Tetapi para ilmuwan menemukan bahwa meditasi juga meningkatkan “materi abu-abu” di dalam otak (materi yang berkaitan dengan kecerdasan otak); dalam hal ini fungsinya adalah “menyelaraskan” kembali tubuh untuk mengurangi kecemasan. Sejumlah penelitian baru-baru ini menyorot berbagai efek positif meditasi terhadap mood (suasana hati), gejala stress, dan gejala kecemasan. Meditasi juga merupakan suatu cara untuk “mengamati” otak, yang memungkinkan kita bisa mengetahui bagaimana otak menciptakan pemikiran (atau gagasan) negatif yang memicu kecemasan. Memahami pola pikir otak bisa menjauhkan dari pemikiran-pemikiran semacam itu.

8. Membuat Visi

Jika peristiwa masa depan yang akan dihadapi tampak sangat buruk dan menakutkan, cobalah untuk mengubah atau menciptakan pikiran baru yang jauh berbeda. Terkadang sekedar aksi untuk menetapkan tujuan-tujuan nyata/konkrit di masa depan bisa menyisihkan rasa khawatir berlebihan atas sesuatu yang belum diketahui hasilnya. Cobalah menyisihkan waktu untuk membuat visi, sebaiknya dalam bentuk tertulis, yang menceritakan kegembiraan atau situasi positif di dalam peristiwa, pekerjaan, atau kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Saat membuat visi, sangat mungkin anda akan terarah ke hal negatif; so, hapus, singkirkan, dan sisakan yang positif saja.

9. Bermainlah

Ya, kali ini maknanya sangat harfiah. Bermainlah dengan anak-anak atau hewan kesayangan anda. Anak-anak dan hewan tampaknya memiliki kemampuan bermain paling natural. Mereka tidak pernah memikirkan hal lain saat sedang asyik dengan diri sendiri, mainannya, atau teman-temannya. Mereka tidak pernah memikirkan beban pekerjaan, peristiwa, dan kondisi lainnya. Terinspirasilah. Sampai jam kerja belum datang, sampai tubuh belum sepenuhnya berada di dalam kantor, maka saat bermain, ya bermain sajalah. Ajak anak-anak anda jalan-jalan sore. Bermain bersama mereka di kolam anak. Bahkan bermain dan bercanda sekedar di teras atau halaman rumah pun sudah sangat baik efeknya.

10. Diam

Jadwalkan waktu dimana anda benar-benar tidak akan terhubung dengan apapun. Rencanakan dengan matang dan ambil waktu yang paling tepat. Bahkan barang 10 menit saja cukup jika memang sangat sulit. Gunakan waktu tersebut untuk benar-benar diam. Ini artinya, segala sesuatu yang membuat anda tidak “diam” harus dijauhkan. Matikan smartphone, laptop, televisi, internet, lupakan berita sore ini, sinetron A, email, BBM, apapun, sampai benar-benar tidak ada… apapun! Biarkan saja orang lain menunggu sampai smartphone anda aktif lagi, sampai anda membuka email dan membalasnya, sampai anda benar-benar siap untuk “terhubung” lagi. Jangan pikirkan dan khawatirkan itu. Ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa “kebisingan” dapat menambah tingkat stress, jadi jadwalkan waktu “sakral” anda barang sejenak setiap harinya.

11. Mengatur Kekhawatiran

Wew, tampak ekstrim? Gini. Kita tidak bisa menahan rasa khawatir atau cemas, buktinya jelas, ada yang hingga mengalami gangguan kecemasan. Itulah mengapa menyadari kapan harus kawatir/cemas dan berapa lama sangat penting; agar tidak berlarut-larut, agar tidak muncul di saat yang tidak tepat, apalagi jika ditambah dengan kekhawatiran yang tidak tepat pula. Jika sesuatu yang berat membebani kepala anda atau anda meyakini sesuatu yang buruk akan terjadi, berkomitmenlah pada diri sendiri untuk “menciptakan dan mengalami” kekhawatiran itu hanya dalam 10 atau 20 menit saja (perkirakan). Pikirkan semua hasil dari skenario yang ada, cari tahu dan rencanakan “aturan-aturan mainnya”, kemudian berhentilah memikirkannya setelah waktu habis. Hindari aktivitas dan “gangguan” lain hingga waktu habis.

12. Perencanaan

Buat perencanaan ke depan. Hadapi pemikiran cemas dengan membuat persiapan menghadapinya. Cobalah membuat jadwal atau daftar aktivitas dan kembangkan kebiasaan-kebiasaan produktif. Jadi, misalnya, jika ingin menghindari rasa cemas karena kemarahan bos pada diri anda yang selalu datang telat, buatlah jadwal dan komitmen: tidur yang cukup (tentukan jam mulai tidur) dan waktu setelah bangun yang sekiranya cukup untuk melakukan aktivitas sebelum hingga berangkat kerja dan tiba pada waktu yang tepat. Yang jadi problem bukan bos anda, tapi jam tidur atau kebiasaan telat bangun anda. Dengan mematuhi komitmen (produktif), secara otomatis kecemasan anda akan berkurang dan bahkan hilang.

13. Visualisasi Positif

Saat berkonfrontasi dengan pemikiran negatif, cobalah menangkisnya dengan menciptakan visualisasi diri sendiri; dimana anda melihat diri anda menghadapi masalah itu secara baik, tenang, mudah, jernih, dan tuntas. Cobalah hindari kondisi mental saat itu; fokus saja pada ketenangan dan kemampuan anda dalam menghadapi badai masalah. Teknik ini disebut “visualisasi terarah” atau “visualisasi terbimbing”, dan bisa membantu mengurangi rasa cemas dan tertekan.

14. Aromaterapi

Anda tidak harus mencari parfum khusus atau datang ke tempat khusus aromaterapi. Mencium bau-bauan minyak yang harum, misalnya kasturi, bisa mengurangi ketegangan dan tekanan di dalam tubuh dan meningkatkan kejernihan mental.

15. Nongkrong

Ya, nongkrong. Hangout bersama teman-teman, berkumpul. Aktivitas sosial bisa menciptakan dukungan sosial bagi seseorang yang sedang menghadapi masalah kecemasan. Aktivitas seperti ini cenderung memiliki sedikit reaksi negatif dibandingkan aktivitas yang dilakukan sendirian. Selfie bareng, alay bareng (?) dan aktivitas “konyol” lainnya tidak akan terkesan “fales” saat dilakukan bareng. Iya tidak? Coba jika dilakukan sendirian. Ini bisa melepaskan ketegangan dalam tingkat signifikan. Kumpul bareng juga bisa memberikan sokongan moral jika anda sedang bersedih, cemas, stress, menciptakan rasa terdukung, dan bahkan bisa memberikan sumbangsih solusi berarti. Ada “counterattack” dari orang lain dalam bentuk sesuatu yang positif saat anda mulai menyampaikan pikiran negatif (kecemasan).

Penutup

Idealnya, kita tidak perlu menciptakan pikiran-pikiran yang menyebabkan stress dan kecemasan. Tapi kita manusia sebenar-benarnya manusia, mengkhawatirkan banyak hal tidak dapat dihindari. Jadi saat mulai merasa “aneh”, ada beberapa poin kecil di atas yang bisa anda coba praktekkan untuk mengubah pikiran negatif, menenangkan otak, merilekskan tubuh, dan kembali menghadapi masalah dengan cara yang sehat.

0 komentar:

Posting Komentar