Jumat, 04 November 2016

Koleksi Karya Cerpen ku

Buku-Buku Penulis Biografi Karya “Ibuku”
p
ada saat liburan sekolah, Turza memiliki kebiasaan tidur lama dan bangun siang pada hari minggu, tetapi pada minggu ini dia bangun awal karena ingin ke gudang karena penasaran atas lemari lama yang ada di gudangnya , turza iseng untuk membongkar lemari lama yang ada di gudang rumahnya,ia penasaran atas lemari itu, lemari itu seperti banyak menyimpan buku-buku lama yang masih disimpan oleh ibunya. Pada saat itu kebetulan ibunya sedang pergi ke luar rumah dengan kakaknya untuk berbelanja ke pasar dan swalayan yang cukup lama, sedangjkan ayahnya sedang bekerja di kantor ia pun asik dengan membuka dan melihat lihat isi lemari. Tanpa sengaja ia menemukan buku yang sangat tertarik yaitu buku tentang “Biografi ” seseorang, ia bingung mengapa ibunya masih menyimpan buku seperti itu, ia pun penasaran dan berniat untukmembaca isi buku itu, turza pun membereskan buku-buku yang sudah dibongkarnya dan segera pergi ke luar gudang untuk membaca buku di tempat yang lebih tenang,saat itu turza menuju ke kamarnya.
Turza : “Mengapa ibu menyimpan buku tentang biografi?  Untuk apa ibu menyimpan       buku ini?  Apa pentingnya buku ini sehingga ibu masih menyimpan buku ini selama bertahun-tahun?” (Turza berfikir tentang bukun tersebut)
Selagi asik membaca buku biografi itu, tidak lama kemudian ibunya pulang dengan anak tertuanya fauzan dan turza tidak menyadari kedatangan ibu dan kakaknya.
Ibu       : “Asalamualaikum..”
Fauzan  : “ Kok kayaknya sepi di rumah bu, Turza kemana ya?”
Ibu         : “ Mungkin adikmu itu masih tidur nak, ini kan hari minggu, wajar lah dia gitu, ya sudah kita masuk saja ,percuma juga kita di luar, tolong ibu bawakan keranjang sayur tadi ya zan”
Fauzan   : “Dia itu hanya bisa tidur saja, pemalas ! baik bu, ibu masuk saja duluan, barang yang berat biar fauzan saja yang membawanya”
Ibu           :”Tidak boleh bicara seperti itu nak, biarkan aja. Terima kasih ya zan”
Fauzan     : “ iya bu, maaaf.. ,”

Ibu langsung pergi ke dapur untuk membereskan dapur, mengemaskan rumah dan memasak, setelah fauzan selesai membantu ibunya, fauzan berniat untuk pergi ke kamar turza untuk membangunkan adiknya itu.
Fauzan    : (mengetuk pintu)“Hei pemalas , ! sampai kapan kau selesai untuk bekerja tidur, ? kalau masih belum bangun juga akan kakak simbur dan mandikan kau sekarang juga,”
Turza      : “ Aku sudah bangun kak, jangan cerewet, ! cobalah berhenti untuk menasihatiku, aku bukan anak kecil lagi,!”
Fauzan    :”Hemm,, ? Boleh kakak masuk kamarmu?, maaf kan kakak ya, kakak hanya  bercanda saja, hehe”
Turza       :”Masuk saja, negera ini kan Negara bebas,?? Kenapa tidak boleh?”
Fauzan     : “Itu benar juga, baik kakak masuk, hey apakah kau sudah sarapan, mandi ataupun membereskan kamarmu? Cobalah untuk belajar membersihkan barang-barang pribadimu, jangan suka menyusahkan ibu”
Turza        :”Sebelum kakak mengatakannya, aku sudah melakukan itu, jangan menasihatiku, aku malas mendengar ocehanmu itu kak,  aku sedang membaca buku ini, cobalah untuk berhenti mengoceh dan diam “
Fauzan      :”Baca buku??? Sejak kapan kau suka membaca buku? Apa kau sudah bangun,? Dan apa benar juga kau sudah mandi dan membereskan kamarmu, ? kenapa masih berantakan sekali disini,”
Turza          : “Diamlah !”
Fauzan       : “Hhemm,, baik kakak akan diam, “
Fauzan diam-diam melihat buku yang dibaca oleh turza, dia juga penasaran dengan buku yang dibaca oleh adiknya, dia bingung darimana adiknya mendapatkan buku itu, karena buku yang dibaca adiknya adalah buku tentang biografi.
Fauzan       : “Maaf turza, kakak menggangumu lagi, tapi kakak penasaran buku itu? Buku apa itu? Darimana kau mendapatkan buku itu?”
Turza          :” Tidak papa kak, sebenarnya ini buku aku ambil dari lemari jelek yang ada di gudang, aku sudah lama penasaran dengan lemari itu, aku iseng dan membongkar lemari itu, tanpa sengaja aku mendapatkan buku ini, apa kakak tau sesuatu tentang buku ini?”
Fauzan         :”Coba kakak lihat,,? , buku ini kan buku?”
Turza            :” Buku apa kak?, kakak tau sesuatu??”
Fauzan          :” Kakak kira ini cuman buku biografi biasa, ternyata ini buku biografi yang pernah ibu tulis za,”
Turza              :”ibu menulisnya?? Untuk apa?”
Fauzan           :”Jadi begini, ibu pernah menceritakan kepada kakak bahwa ia di waktu muda ingin bercita cita sebagai penulis buku, jadi ia selalu menulis dan menulis, salah satu karya tulisan nya adalah buku ini za,,”
Turza             :” lalu mengapa ia tidak menjadi seorang penulis sekarang? Kenapa ia tidak menerbitkan buku-bukunya, padahal sangat bagus kak, buku ini sangat bisa menginspirasi   orang banyak.”
Fauzan            :”Kakak pernah membaca buku ini sama sepertimu, waktu kakak iseng membongkar lemari buku ibu, lemari di gudang itu dulunya adalah bekas lemari  buku ibu, ibu tidak mau orang lain membaca buku-bukunya karena itu merupakan cita-cita lamanya, ia ingin melupakan cita-citanya, buku biografi itu merupakan karya buku terakhir ibu, dia menulis buku biografi  itu karena  dia sangat terpukul atas kehilangan sahabatnya dulu, sahabat ibu itu sangat berjasa dalam hidup ibu, sahabat ibu itulah yang membuat ibu berubah, karena dulunya ibu itu adalah seseorang yang jauh dari kesejahteraan, sahabat ibu jugalah yang memperkenalkan ayah kepada ibu dulu untuk menjadi suaminya, sahabat ibu itu ingin ibu sejahtera dan tidak susah dalam hidup. Waktu ia ingin menerbitkan buku-bukunya, ia mendengar sahabatnya sakit parah dan akhirnya meninggal, maka itu sampai sekarang ibu mengurungkan niatnya untuk sahabatnya, padahal jika ibu berhasil menerbitkan bukunya serta sukses, ibu akan menyerahkan keberhasilannya kepada sahabatnya, karena sahabatnya meninggal ibu jadi merasa sedih dan akhirnya memutuskan untuk tidak menerbitkan bukunya za,.”
Turza              :”Begitukah kak? Heeemm kasihan ibu, aku mengerti bagaimana perasaan ibu, tapi kita harus memaksa ibu untuk menerbitkan buku-bukun ini, aku ingin ibu bisa menggapai cita-citantya, ibu harus bangkit dari kesedihan ibu dan meneruskan cita-citanya, meninggalnya sahabat ibu bukan berarti ibu harus berhenti mengejar impiannya itu kak, mengapa kakak dari dulu sudah tau tentang hal ini, tetapi tidak mencoba menasihati ibu? Daripada mengoceh  seperti om om kepadaku?”
Fauzan            :” Hah!! Apa kau bilang??? Aku seperti om om, wajar saja aku seperti ini, aku ini kakakmu, sudah tugasnya seorang kakak untuk menasihati adiknya, !”
Turza              ;”Haha kakak itu pantasnya memang jadi om ku bukan kakakku, ! lebih tepatnya kakak itu bukan menasihatiku tapi mengoceh tidak jelas di hadapanku”
Fauzan            :”Berhenti bicara kau turza atau kakak akan..?!!”
Turza               :” Akan apa??? Hahaha..”
Fauzan             :”Kakak tidak akan memberimu jatah uang jajan lagi dan tidak akan membantu mu lagi jika kau Pr dari sekolah!”
Turza               : “Kalau itu masalah kecil kak, aku bisa meminta bantuan dari ayah saja, haha, sudahlah kak, bagaimana saranku tentang cita-cita ibu tadi?”
Fauzan            :”Hah! Terserah kau saja, kau jangan lagi meminta bantuan kakak, oke nanti kita akan coba bicarakan ini terhadap ibu, apa ayah juga diberi tahu?”
Turza               :”Kenapa harus nanti kak? Kenapa tidak sekarang saja, lebih cepat lebih bagus bukan, masalah ayah itu nanti saja. Sekarang kita bujuk ibu dulu kak?’
Fauzan            :” Kau masih ada tugas yang harus kau kerjakan, bereskan kamarmu ini dulu, kau rapikan dulu semuanya,!”
Turza               :”Hah! Cerewet, !! iya aku akan membereskannya, temui ibu duluan , katakakan padanya bahwa kita ingin bicara, tapi jangan bicarakan dulu kalau kita ingin membahas tentang cita-citanya.”
Fauzan          :”Bereskan sajan kamarmu  itu, kalau tentang itu kakak lebih tau bagaimana cara berbicara dan meluluhkan hati ibu. Selamat bekerja ya, kakak keluar dulu ingat harus bersih, Haha”
Fauzan pun meninggalkan adiknya dan bergegas menemui ibunya, ternyata di dapur ibunya sedang memasak makanan untuk makan siang.
Fauzan           : “ Hai ibu, belum selesai ya,, apa fauzan bisa membantu ibu?”
Ibu                  :” Tidak usah nak, biar ibu saja, ada apa? Tumben mau membantu ibu memasak  di dapur,? Dimana turza, apa dia masih belum bangun. Bangunkan adikmu zan, ini sudah terlalu siang, dia belum mandi dan semacamnya,, ayo sana,,,”
Fauzan           :”Dia sudah bangun lebih awal bu, sekarang ia sedang membereskan dan membersihkan kamarnya. Fauzan memang ingin memmbantu ibu, tapi bukan memasak, ini soal cita-cita ibu sebagai penulis.”
Ibu                   :” Kenapa nak? Kenapa kamu membahas tentang itu lagi”
Fauzan            :”Ini permintaan turza bu, turza iseng membongkar lemari buku lama ibu yang ada di gudang, ia menemukan buku biografi yang ibu tulis tentang sahabat ibu, ia ingin ibu melanjutkan cita-cita ibu, fauzan sudah menceritakan masa lalu ibu tentang buku itu, fauzan dan turza  sangat ingin membantu ibu”
Turza               :” Itu benar bu,! ( Turza tiba-tiba datang dan menghampiri kakak dan ibunya)
Ibu                   :”Hei anak ibu, kamu sudah bangun nak?”
Turza               :”Sudah dari tadi kok bu, yang dikatakan kakak itu benar, ibu tidak boleh melupakan cita-cita ibu hanya karna meninggalnya sahabat ibu, seharusnya ibu tambah semangat untuk menerbitkan buku-buku ibu, ibu harus semangat dan yakin bu, kalau ibu akan sukses,bukannya ibu menyerah sebelum mencoba”.
Fauzan             :”Bagaimana bu,? Apa yang dikatakan turza itu baik untuk ibu,”
Ibu                    :”(ibu terharu mendengar kata-kata anaknya) Kalian benar, ibu sudah mengambil tindakan yang salah, maafkan ibu ya nak, terima kasih sudah menyadarkan ibu, ibu akan terbitkan buku-buku ibu,ibu kan tulis ulang buku ibu lalu akan ibu terbitkan, memang belum tentu di terima tapi ibu akan coba, ayah kalian pasti mendukung.”

Fauzan  dan Turza tersenyum, mereka berdua berhasil meyakinkan ibunya, akhirnya ibu mengetik dan menulis ulang karya-karya tulisan ibu dan segera menngirimkan karya bukunya dan menyebar luaskan karya nya. Buku-buku itu banyak menginspirasi orang-orang banyak, apalagi buku tentang biografi sahabatnya. Dengan begitu dia telah mencapai cita-citanya berkat kedua anaknya. Ayah mereka bangga atas anak-anaknya dan kegigihan istri tercintanya.

Karya Julia Iqlimawati

0 komentar:

Posting Komentar